Pengertian Masalah dan Fenomena
Sosial
Masalah Sosial adalah perbedaan antara harapan dan kenyataan atau sebagai kesenjangan antara
situasi yang ada dengan situasi yang seharusnya (Jenssen, 1992). Masalah sosial
dipandang oleh sejumlah orang dalam masyarakat sebagai sesuatu kondisi yang
tidak diharapkan.
Fenomena sosial dapat diartikan sebagai gejala-gejala
atau peristiwa-peristiwa yang terjadi dan dapat diamati dalam kehidupan
sosialnya. Salah satu fenomena sosial yang terdapat dalam kehidupan kita
sehari-hari adalah adanya masalah-masalah sosial yang timbul baik dalam
kehidupan keluarga maupun masyarakat.
Pengertian fenomena
sosial adalah kondisi dimana manusia menganggap segala hal yang dialaminya
adalah sebuah kebenaran absolut. Padahal, hal itu sebenarnya adalah kebenaran
semu yang dibuat melalui simulasi simbol-simbol, kode-kode yang dicitrakan
sedemikian dari sebuah objek yang benar. Sebagai contoh dari fenomena masalah sosial
adalah Pengemis.
Pengemis adalah
fenomena sosial yang mulai dipandang sebagai masalah serius, terutama dengan
semakin banyaknya permasalahan sosial ekonomi dan politik yang ditimbulkannya.
Modernisasi dan industrialisasi sering kali dituding sebagai pemicu,
diantara beberapa pemicu yang lain, perkembangan daerah perkotaan secara pesat
mengundang terjadinya urbanisasi dan kemudian komunitas-komunitas kumuh atau
daerah kumuh yang identik dengan kemiskinan perkotaan.
Penyebab Terjadinya Fenomena
Masalah Ini
Pengemis adalah
orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka umum
dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang
lain. Masalah pengemis adalah masalah yang pelik. Hal ini tidak bisa
dilihat hanya dari satu sudut pandang. Masalah pengemis, pengamen, dll.,
merupakan masalah dari berbagai aspek, seperti politik, sosial, dan ekonomi. Banyak
alasan yang mendasari seseorang atau sekelompok orang terjun menjadi pengemis.
Indonesia merupakan
negara berkembang ‘identik dengan ‘kemiskinan’. Jadi masih mengandung
kemiskinan dimana-mana, baik di kota maupun di desa. Dapat dilihat pada setiap
kota pasti ada daerah yang perumahannya berhimpitan satu dengan yang lain,
banyaknya pengamen, pengemis, anak jalanan dan masih banyak lagi keadaan yang
dapat menggambarkan ‘masyarakat miskin perkotaan’. Bahkan di malam hari banyak
orang-orang tertentu yang tidur di emperan toko pinggir jalan. Kondisi demikian
sangat memprihatinkan dan harus segera di atasi.
Salah satu hal
kecil yang bisa dilakukan untuk membantu anak-anak kecil yang bekerja sebagai
pengamen cilik, pedagang asongan, pengemis, dan lain sebagainya di jalanan
adalah dengan tidak memberi mereka uang serta memberi tahu orang lain untuk
tidak memberi juga walaupun merasa sangat kasihan. Apabila tidak ada satu orang
pun yang memberi mereka uang, maka anak-anak jalanan tersebut tidak akan ada.
Alangkah lebih baik jika uang tersebut kita kumpulkan untuk membantu biaya
pendidikan mereka daripada kita membantu biaya foya-foya preman yang mempekerja
paksa anak di bawah umur, biaya hidup orangtua yang memaksa anaknya bekerja di
jalan sedangkan mereka hanya melihat dari jauh, dan lain sebagainya. Jika
mereka terbiasa mendapat uang mudah dari bekerja di jalan, maka mereka setelah
besar / dewasa kelak akan tetap menjadi pekerja jalanan.
Upaya Mahasiswa Mencegah Masalah
Ini
Fenomena pengemis ini sangat
berkaitan erat dengan kemiskinan oleh karena itu Salah satu cara mahasiswa
turut berkontribusi dalam melawan kemiskinan adalah dengan mendekati
lembaga-lembaga penghimpun dan penyalur zakat. Saat ini, sudah banyak
lembaga-lembaga zakat, infaq, dan shodaqoh (ZIS) yang berdiri di Indonesia.
Kehadiran mereka tentu menjadi angin segar bagi percepatan pengentasan
kemiskinan dengan programnya masing-masing. Ada lembaga ZIS yang fokus pada
pemberian beasiswa bagi anak sekolah kurang mampu, ada yang sasaran utamanya
anak-anak yatim, ada yang programnya lebih ke arah pemberdayaan, dan lain
sebagainya. Meskipun masih belum mampu menjangkau seluruh masyarakat miskin,
namun kehadiran lembaga-lembaga ZIS yang semakin berkembang pesat patut
mendapat apresiasi.
Peran mahasiswa,
diantaranya adalah mengarahkan lembaga ZIS tersebut agar memberikan bantuan
kepada masyarakat miskin di daerah A misalnya, yang selama ini memang belum
tersentuh atau bisa juga mengalami situasi tiba-tiba sehingga jatuh miskin.
Keberadaan lembaga ZIS yang beraneka ragam menyebabkan pendistribusian zakat
menjadi tidak merata, maka mahasiswa dapat berperan sebagai pemberi informasi
rekomendasi kepada lembaga ZIS mengenai lokasi pendistribusian zakat. Akan
lebih baik jika mahasiswa dapat berkontribusi dengan menjadi karyawan atau
relawan di dalamnya, sehingga memiliki pengalaman empirik dalam menghimpun,
mengelola, dan mendistribusikan zakat. Lebih dari itu, ada baiknya mahasiswa
mencoba menjadi inisiator bagi suatu forum silaturahmi antar lembaga-lembaga
ZIS. Tujuan daripada itu, terutama agar dapat saling berkoordinasi untuk
meminimalisir penumpukan distribusi ZIS di wilayah atau struktur masyarakat
miskin tertentu. Mahasiswa dapat menggagas itu melalui misalnya mengadakan
seminar tentang kemiskinan, forum diskusi, atau sekadar lesehan bersama dengan
mengundang tokoh-tokoh atau pimpinan lembaga-lembaga ZIS tersebut.